Catatan dari Taiwan : Prepare To Taiwan ( Part 2 – about survival )

Baiklah pada kesempatan kali ini saya akan sharing beberapa pengalaman survival di awal-awal masa kami degree bridging di Tainan. Survival ? Hehehe… tidak seseram itu kok sebenarnya. Tulisan ini adalah sambungan dari postingan saya sebelumnya.

kostum baru tuntutan cuaca setempat

kostum baru tuntutan cuaca setempat

Iklim

Yang pertama kami jumpai di sini adalah duingin. Sempat kami merasakan 10 derajat celcius di akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013. Tapi itu semua sudah bisa diprediksikan oleh teknologi prakiraan cuaca. Dan pemerintah setempat sudah menyediakannya di link ini : http://www.cwb.gov.tw/eng/index.htm . 

Kebetulan bulan-bulan kami di sini adalah bulan-bulan dingin sehingga kami perlu mempertebal baju. Sepanjang tahun taiwan memiliki 4 iklim dengan durasi dan karakteristik tertentu. Untuk itu ada baiknya jika berencana ke taiwan dipelajari dulu iklim yang sedang berlaku pada saat itu.

Ada sebuah cerita menarik dari guru bahasa inggris kami yang native speaker. Beliau pertama kali ke Taiwan kebetulan pada musim panas, berkunjung sebentar dan kemudian pulang. Yang terekam di memorinya adalah taiwan itu negara panas. Kemudian beberapa bulan berikutnya beliau dengan PeDe kembali lagi ke Taiwan dengan “kostum” musim panasnya. Dan rupanya saat itu adalah musim duingin. Alhasil beliau kedinginan setibanya di bandara Taiwan. Hehehe.. mesakke ne rek…

Listrik

Perlu diketahui tegangan jala-jala yang terinstal di sebagian besar rumah dan ruangan di Taiwan adalah sebesar 110 Volt AC, beda dengan Indonesia yang 220 Volt AC. Jadi jika berniat membawa piranti listrik dari Indonesia ke Taiwan pastikan lagi tegangan inputnya mau disuplay oleh tegangan 110 Volt AC. Jika tidak bisa dengan tegangan tersebut maka sebaiknya dipikirkan lagi untuk membawanya ke Taiwan.  Demikian juga sebaliknya jika berniat membeli elektronik di Taiwan dan berencana di bawa pulang ke Indonesia, lihat dulu spesifikasi tegangan masukannya. Sebenarnya bisa juga diakalin, tapi akan butuh alat tambahan.

Kemudian masih tentang setrum,selain standar tegangan, standar jack atau colokan listrik di Taiwan juga beda dengan di Indonesia. Standar yang digunakan di Taiwan adalah yang colokannya pipih (lihat gambar). Jadi kita harus menyediakan converter .

jack pipih yang sering dipakai di Tawan

jack pipih yang sering dipakai di Tawan

Saran saya kalau sebagian besar alat elektronik kita dari Indonesia menggunakan jack bulat maka siapkan saja kabel extension (kabel roll) dengan terminal standar Indonesia kemudian untuk jack-nya pakai standar taiwan (lihat gambar). Ini penting banget lho, apalagi di awal-awal kita sampai di Taiwan. Jadi kalau bisa siapkan dulu dari Indonesia.

Terminal Listrik dengan "lobang" yang cocok dengan device kita dari indonesia dan ujung jacknya cocok dengan standar taiwan

Terminal Listrik dengan “lobang” yang cocok dengan device kita dari Indonesia dan ujung jacknya cocok dengan standar Taiwan

Bahasa dan juga Peta

Karena degree bridging kami tidak berada di Ibu Kota maka kendala bahasa sangat kami rasakan terutama ketika berinteraksi dengan masyarakat di luar kampus. Hanya beberapa persen saja penduduk setempat yang bisa berbahasa inggris. Konon katanya yang di Taipe jauh lebih besar prosentasenya. Untuk itu keberadaan kamus/translator indonesia-mandarin atau inggris-mandarin sangat diperlukan terutama bagi mereka yang suka berpetualang -baca keluyuran- hahahaha…

Selain “perangkat” bahasa, Peta juga harus kita siapkan. Untuk peta sebenarnya di setiap stasiun kereta ada pusat informasi untuk orang asing yang juga menyediakan peta. Namun peta dapat juga kita peroleh dari internet (google map). Hebatnya lagi dengan kolaborasi google dan implementasi teknologi kamera cctv setempat kita bisa melakukan “simulasi” jalan-jalan dulu di dunia maya sebelum mencobanya di dunia nyata. Seperti penampakan gambar berikut ini.

jalan-jalan dengan google map dulu sebelum jalan-jalan secara langsung biar nggak nyasar :)

jalan-jalan dengan google map dulu sebelum jalan-jalan secara langsung biar nggak nyasar 🙂

Alat Komunikasi

Saya bersyukur karena komunikasi saya dengan keluarga di Indonesia (Padang, Demak dan Jogja) masih bisa berjalan dengan lancar. Di penginapan kami di Tainan disediakan jaringan wire-LAN dengan kecepatan “jalan tol”. Dan untungnya di Padang ada jaringan speedy yang siap 24 jam merealisasikan komunikasi kami via skype dan jejaring sosial (bukan iklan speedy lho ya). Untuk alternatif sarana komunikasi murah lainnya kami memakai VOIP. Sayangnya voip tidak cukup bagus untuk komunikasi ke telepon seluler, setidaknya itu yang saya rasakan ketika menelepon beberapa rekan di Padang via nomor selular. Namun jika menelepon ke nomer rumah kualitas suara jernih hanya saja delay suara lumayan lama. Sehingga tak jarang obrolan terkesan “tabrakan”.

Kemudian untuk mempermudah komunikasi sangat disarankan menggunakan “smartphone”. Di Taiwan, khususnya di Tainan, yang sudah saya buktikan, pemerintah setempat telah menyediakan akses free wi-fi di tempat-tempat umum. Sehingga kita bisa memanfaatkannya saat sedang dalam “mode mobile” -baca keluyuran- 🙂

Saran berikutnya. Jangan lupa untuk membeli sebuah “kartu perdana” baru di Taiwan (operator lokal setepat). Kami serombongan yang ditempatkan di STUST Tainan menggunakan operator Chungwa. Belakangan kami sadari ternyata kartu ini relatif mahal dibanding kartu IF. Terutama jika kita gunakan untuk komunikasi ke Indonesia.

voucher isi ulang chungwa 300 NT$

voucher isi ulang chungwa 300 NT$

Makanan

Bagi kaum muslimin pada khususnya, masalah makanan akan menjadi tantangan tersendiri saat berada di Taiwan. Produk  makanan dengan label halal masih jarang dijumpai di pasaran. Namun rupanya Allah masih memudahkan kita ketika berada di Taiwan, mengapa? Pertama karena di sini kita bisa dengan mudah menemukan makanan vegetarian 🙂

mudah menemukan makanan vegetarian di Taiwan

mudah menemukan makanan vegetarian di Taiwan

Kedua, hampir di setiap stasiun ada rumah makan Indonesia yang selain menyediakan masakan khas Indonesia juga menyediakan barang-barang dari Indonesia, hal ini mengingat pada fakta banyaknya TKI yang berada di Taiwan. 🙂 Namun begitu tetap saja dirasa perlu untuk menyiapkan beberapa jenis logistik cepat saji sebelum ke Taiwan. Setidaknya untuk persiapan konsumsi 1 sampai 2 hari pertama sambil mempelajari lingkungan sekitar -baca keluyuran- 🙂

Pertama, usahakan membawa bahan logistik seperti mie, bumbu kacang, abon, kripik, rendang, dendeng dan lainnya yang sekiranya awet untuk beberapa hari. Siapkan juga beberapa jenis minuman seperti susu, kopi, teh beserta gulanya 🙂 Dan tentu saja jangan lupa membawa alat makan pribadi.

logistik seadanya :) nyammi..

logistik seadanya 🙂 nyammi..

Obat – obatan Pribadi

Bagi yang memiliki riwayat sakit tertentu, sangat disarakan berkonsultasi dulu ke dokter di Indonesia sebelum berangkat. Minta saran dan bila perlu minta juga obat untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Meskipun ada fakta menarik bahwa asuransi kesehatan sangat mudah didapatkan di Taiwan namun bukan berarti kita ingin untuk menggunakannya kan? Jadi kalau bisa lakukan pencegahan dari awal. Misalnya dengan membawa suplemen alami  seperti madu, sari kurma, dan habatusauda. Kemudian membawa beberapa obat ringan seperti obat sakit kepala, obat mag dan jamu tolak angin juga bisa membantu di saat-saat diperlukan.

Demikian saran dari kami, pokoknya sedia payung sebelum hujan deh… 🙂

BACA JUGA Postingan sebelumnya

11 thoughts on “Catatan dari Taiwan : Prepare To Taiwan ( Part 2 – about survival )

  1. Salam kenal …
    sdh bertemukah dengan teman2 mahasiswa Indo yg muslim di Tainan? Di Tainan cukup banyak mahasiswa muslim. Saya kebetulan pernah tinggal di Tainan dan sampai skr msh aktiv sbg mhsw di NCKU Tainan. Jd lmyn mengenal daerah di Tainan termasuk di STUT.
    Semoga sukses dg rencana studinya.
    Wassalam,
    Feri A
    PhD student EE Dept NCKU Taiwan
    Research fellow Univ of Oslo Norway

    • Salam Kenal juga Pak Feri Adriyanto.
      Alhamdulillah saya sudah bertemu dengan beberapa teman di Tainan, beberapa minggu lalu juga sempet ikut acara Tablig Akbar di Tainan bertemu dengan teman-teman dari FORMIT dan UNIMIG
      InsyaAllah kalau jadi ambil Ph.D. di Tainan mungkin bisa kopdar sama Pak Feri.. 🙂

  2. Selamat pagi pak, saya ada banyak pertanyaan tentang Tainan, kebetulan saya dan tim akan berangkat ke Tainan untuk mengikuti conference di bulan Januari 2015.
    Setelah saya membaca artikel yang bapak tuliskan ternyata banyak hal kecil yang harus saya persiakan. Saya sangat beruntung sekali karna bisa membaca informasi yang bapak berikan tentang Tainan.
    Yang ingin saya tanyakan, untuk keberangkatan ke Tainan bapak menggunakan maskapai apa? Karna saya masih bingung tentang maskapai apa yang bisa dipakai. Lalu saya tertari dengan bahasan bapak mengenai jack Taiwan yang berbeda dengan standar Taiwan, kalau saya boleh tau bapak membeli kabel roll seperti gambar yang bapak contohkan itu dimana ya? Saya tinggal di Surabaya.
    Terimakasih banyak pak. Semoga berkenan untuk menjawab.

  3. Ping-balik: Halal Snack di Taiwan |

  4. Hai mas, saya mau bertanya, berarti kita boleh membawa mie instan dari indonesia, begitu ya? Juga abon.. nah mendingan ditaruh di tas di kabin atau di koper bagasi saja mas untuk makanan tsb? Trims 🙏🏻

    • Untuk saat ini pemerintah Taiwan sedang ketat memfilter bahan makanan yang masuk. Setahu saya segala olahan dari daging sebisa mungkin dihindari. Bagasi maupun Kabin akan diperiksa saat kita keluar dari Bandara. Di beberapa bandara menggunakan anjing pelacak yang akan mengendus bagasi. Untuk tas kabin akan dicek menggunakan XRay detector.
      Jika tidak yakin lebih baik melapor saja untuk memastikan boleh atau tidaknya bawaan kita masuk ke Taiwan

Tinggalkan komentar